PEMANFAATAN
CAMPURAN AIR RAGI DAN GARAM SEBAGAI HERBISIDA
Mengikuti
Mata Pelajaran Penelitian Ilmiah Remaja (PIR) Semester Genap Tahun 2011/2012
Disusun
oleh:
WITRIANA
XI
EXACT 1
101599
SMA Negeri 1
Tellussiattinge
Kabupaten Bone
2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Negara Indonesia
merupaka negara agraris dan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian
sebagai petani. Petani adalah penghasil pangan terbesar diseluruh kalangan
masyarakat. Namun, terkadang penulis mendengar dan bahkan melihat keluhan
khususnya di kalangan petani tentang mahalnya racun. Upaya yang dilakukan oleh
para petani yaitu hanya menggunakan racun rumput buatan sendiri agar dapat
menghemat biaya.
Keberhasilan
pertumbuhan tanaman pakan rumput tercermin dari tinggi rendahnya produksi dan kualitas hijauan. Keberhasilan ini membutuhkan dukungan lingkungan fisik
dari tanah dan iklim yang ideal. Di
daerah tropis faktor fisik ini sering menjadi kendala, baik secara terpisah
maupun bersama atau hasil interaksi keduanya.
Kendala tingginya suhu lingkungan berpengaruh langsung terhadap
kecepatan metabolisme tanaman, sedangkan pengaruh tidak langsung adalah melalui
pengaruhnya terhadap tanah. Tingginya
suhu lingkungan menyebabkan tingginya pelapukan
tanah mineral dan dekomposisi bahan organik tanah, apabila diikuti
dengan curah hujan yang tinggi akan menyebabkan pencucian unsur hara
tanah. Pencucian lanjut pada tanah-tanah
mineral akan menyebabkan munculnya tanah-tanah masam. Di lain pihak pada lahan-lahan pantai sering
memunculkan tanah-tanah salin sebagai akumulasi garam akibat kekeringan
pada musim kemarau.
Masalah
penurunan bahan organik tanah yang menyebabkan kebutuhan pemupukan yang semakin
meningkat (Aphani, 2001). Masalah ini dapat diatasi dengan perbaikan penelitian
terhadap kondisi tanah pertanian. Kandungan bahan organik dikebanyakan tanah saat ini terdapat indikasi
semakin merosot. .
Atas dasar itulah sehingga penulis mencoba melakukan pengamatan yang lebih
teliti dan bijaksana sehingga diangkat judul “Pemanfaatan Campuran Air Ragi dan
Garam sebagai Herbisida” , walaupun dalam bentuk dan kondisi yang sangat
sederhana dan terbatas.
Penelitian ini diadakan, bukan untuk mengetahui kandungan zat yang
terdapat dalam Air ragi dan garam sehingga dapat dijadikan sebagai herbisida.
Akan tetapi penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan limbah
fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai herbisida.
B. Rumusan
Masalah
Berhubungan dengan latar
belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat kami tarik adalah:
1.
Apakah Campuran
Air Ragi dan Garam dapat mematikan atau membasmi rumput sehingga berfungsi
sebagai herbisida ?
2.
Berapa besar
daya basmi yang dapat diperoleh dari Campuran Air Ragi dan Garam ?
C.
Tujuan
Penelitian
Penelitian ini pada dasarnya :
1.
Untuk
mengetahui apakah Campuran Air Ragi dan Garam dapat dijadikan sebagai
herbisida.
2.
Untuk
mengetahui berapa besar daya basmi Campuran Air Ragi dan Garam yang dapat
mematikan gulma.
D.
Manfaat
Penelitian
1.Bagi masyarakat:
a. Efek
samping dari racun rumput dapat dikurangi dengan penggunaan herbisida
yang terbuat dari Campuran Air Ragi dan Garam.
b. Memberikan
informasi bagi masyarakat bahwa air ragi di campur
garam dapat
dijadikan herbisida.
c. Dengan
menggunakan herbisida ini, maka biaya pengolahan lahan pertanian dapat ditekan
sehingga pendapatan petani akan meningkat.
2.Bagi penulis:
Sebagai media untuk memperkaya ilmu
pengetahuan. Melalui penelitian, penulis membiasakan diri memecahkan masalah
secara ilmiah. Dengan karya ilmiah dapat menjadi sarana untuk melatih diri
mengembangkan bakat menulis dan meneliti. Penulis merasa bangga karena dapat
membuahkan karya yang bermanfaat untuk masyarakat umum.
E. Hipotesis
Sebagai
dugaan sementara yang kami ajukan dalam penelitian ini adalah “Campuran Air
Ragi dan Garam tidak dapat dijadikan herbisida”. Hipotesis tersebut dinyatakan
diterima jika hasil penelitian membuktikan bahwa limbah Campuran Air Ragi dan
Garam dapat mematikan rumput, sebaliknya hipotesis dinyatakan ditolak, jika
hasil penelitianan tidak terbukti bahwa Campuran Air Ragi dan Garam tidak dapat
mematikan gulma rumput.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Sekelumit
tentang Ragi
Ragi atau fermen merupakan zat yang menyebabkan fermentasi. Ragi
biasanya mengandung mikroorganisme yang
melakukan fermentasi dan media biakan bagi mikroorganisme tersebut. Media
biakan ini dapat berbentuk butiran-butiran kecil atau cairan nutrien. Ragi
umumnya digunakan dalam industri makanan untuk membuat makanan dan minuman
hasil fermentasi seperti acar, tempe, tape, roti, dan bir.
Mikroorganisme yang digunakan di
dalam ragi umumnya terdiri atas berbagai bakteri dan fungi (khamir dan kapang), yaitu Rhizopus, Aspergillus, Mucor, Amylomyces, Endomycopsis, Saccharomyces, Hansenula anomala,, Lactobacillus, Acetobacter, dan
sebagainya.
Berbagai jenis ragi yang digunakan
di berbagai negara dan kebudayaan di dunia dibuat menggunakan media biakan
tertentu dan campuran tertentu galur fungi dan Bakteri Berikut adalah sebutan
untuk ragi dalam berbagai kebudayaan.
Ragi sendiri
sebetulnya mikroorganisme, suatu mahluk hidup berukuran kecil, biasanya dari
jenis Saccharomyces cerevisiae yang digunakan dalam pembuatan roti ini. Pada
kondisi air yang cukup dan adanya makanan bagi ragi, khususnya gula, maka yeast
akan tumbuh dengan mengubah gula menjadi gas karbondioksida dan senyawa
beraroma.
B.
Jenis-jenis ragi antara lain adalah:
·
Ragi
Instant/ragi dadak (misalnya: Fermipan, Mauripan), yang langsung dicampurkan pada bahan lainnya
·
Ragi
Koral atau Active Dry Yeast, yang untuk mengaktifkannya harus direndam dulu
dalam air hangat.
·
Ragi
Segar/ragi padat atau Compressed Yeast, yang penggunaannya sama dengan ragi
instant tetapi harus selalu disimpan pada suhu rendah
C. Garam
Secara
fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal yang
merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium klorida (>80 %)
serta senyawa lainnya seperti Magnesium klorida, Magnesium Sulfat, kalsium
klorida dan lain-lain. Garam mempunyai sifat / karakteristik yang mudah
menyerap air, density (tingkat kepadatan) sebesar 0,8 - 0,9 dan titik lebur
pada tingkat suhu 801oC (BRKP, 2001).
Pengelompokan garam di Indonesia berdasarkan SNI adalah garam konsumsi
dan garam industri. Kelompok kebutuhan garam konsumsi antara lain untuk
konsumsi rumah tangga, industri makanan, industri minyak goreng, industri
pengasinan dan pengawetan ikan, sedangkan kelompok kebutuhan garam industri
antara lain untuk industri perminyakan, tekstil dan penyamakan kulit, CAP
(Chlor Alkali Plant) industrial salt yang digunakan untuk proses kimia dasar
pembuatan soda dan chlor, dan pharmaceutical salt (BRKP, 2001).
Menurut penggunaannya, garam dapat digolongkan menjadi garam
proanalisis (p.a), garam industri, dan garam konsumsi. Garam proanalisis adalah
garam untuk reagent (tester) pengujian dan analisis di laboratorium,
juga untuk keperluan garam farmasetis di industri farmasi, garam industri yaitu
untuk bahan baku industri kimia dan pengeboran minyak sedangkan garam komsumsi
untuk keperluan komsumsi dan industri makanan serta garam pengawetan untuk
keperluan pengawetan ikan.
Untuk garam proanalisis dan garam farmasi, mempunyai kandungan NaCl
> 99%, garam konsumsi mempunyai kandungan NaCl > 94% dan garam untuk
pengawetan memiliki kandungan NaCl > 90%. Semakin besar kandungan NaClnya,
akan semakin kompleks dan rumit proses produksi dan pemurniannya (Rismana,
2004).
Kadar garam yang tinggi menyebabkan mikroorganisme yang tidak tahan
terhadap garam akan mati. Kondisi selektif ini memungkinkan mikroorganisme yang
tahan garam dapat tumbuh. Pada kondisi tertentu penambahan garam berfungsi
mengawetkan karena kadar garam yang tinggi menghasilkan tekanan osmotik yang
tinggi dan aktivitas air rendah. Kondisi ekstrim ini menyebabkan kebanyakan
mikroorganisme tidak dapat hidup. Pengolahan dengan garam biasanya merupakan
kombinasi dengan pengolahan yang lain seperti fermentasi dan enzimatis. Contoh
pengolahan pangan dengan garam adalah pengolahan acar (pickle), pembuatan kecap
ikan, pembuatan daging kering, dan pembuatan keju ( Estiasih, 2009).
D. Gulma atau
Tanaman Pengganggu
1. Konsepsi
Pengendalian Gulma
Pengendalian
gulam pada prinsipnya merupakan usaha meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing
gulma. Keunggulan tanaman pokok harus menjadi sedemikian rupa sehingga gulma
tidak mampu mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu
bersama-sama dengan tanaman pokok.
Dalam
pengertian ini semua praktek budidaya di pertanaman (sejak penyiapan lahan)
dapat dibedakan antara yang lebih meningkatkan daya saing tanaman pokok atau
meningkatkan daya saing gulma.
Pelaksanaan
pengendalian gulma hendaknya didasari dengan pengetahuan yang cukup mengenai
gulma yang bersangkutan. Bagaimana perkembangbiakannya, bagaimana sistem
penyebarannya, bagaimana dapat beradaptasi dengan lingkungan, bagaimana
bereaksi terhadap perubahan lingkungan, dan bagaimana tanggapannya terhadap
perlakuan-perlakuan tertentu termasuk penggunaan zat-zat kimia berupa
herbisida.
2. Tehnik
Pengendalian Gulma
Terdapat
beberapa metode atau cara pengendalian gulma yang dapat dipraktekkan di lapangan.
Sebelum
melakukan pengendalian gulma sangat penting bagi kita mengetahui cara-cara
tersebut, guna memilih cara yang paling tepat untuk satu jenis tanaman budidaya
dan gulma yang tumbuh di satu daerah.
Tehnik
pengendalian yang tersedia antara lain:
a.
Pengendalian
secara mekanik atau fisik, dalam hal ini pengerjaan tanah, penyiangan,
pencabutan, pembabatan, dan pembakaran.
b. Pengendalian cara hayati, yaitu pengadaan musuh
alami, manipulasi musuh alami dan pengelolaan musuh alami yang ada disuatu
daerah.
c.
Pengendalian
secara kimiawi, yaitu herbisida dengan berbagai formulasi, atau berbagai bahan
kimia lainnya.
d. Pengendalian dengan upaya memanfaatkannya untuk
berbagai keperluan seperti sayur, bahan obat, pupuk, bahan kerjinan dan makanan
ternak.
Ditinjau
dari berbagai tehnik pengendalian yang tersedia, biasanya cara yang digunakan
tergantung dari tingkat usaha tani, tanaman yang diusahakan, kemampuan
teknologi, dan status ekonomi petani.
Pengendalian
gulma di Indonesia masih banyak dilakukan dengan tenaga manusia, meski demikian
penggunaan herbisida juga menunjukkan gejala yang meningkat.pengendalian gulma
dengan herbisida banyak dilakukan di perkebunan teh, keret, kelapa sawit,
kelapa, tebu, kapas, kina dan kakao.
Dalam
perkembangan teknologi, pengendalian gulma tanpa herbisida kurang mendapat
perhatian baik oleh pakar maupun praktisi, karena kurang mengundang inovasi
teknologi.
Cara
pengendalian tanpa herbisida yang masih mengundang
inovasi teknologi
adalah penggunaan alat-alat seperti pemotong gulma, traktor dan sebagainya.
Sedangkan pengendalian gulma dengan herbisida banyak memperoleh perhatian
karena lebih mengundang inovasi teknologi dan menyangkut kelayakan ekonomi.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian hingga penyusunan
laporan penelitian ini dilakukan selama 5 hari, mulai 19 – 23 mei 2012.
Penelitian ini dilaksanakan di Tellusiattinge Kabupaten Bone Sulawesi Selatan.
B.
Jenis
Penelitian
Jenis penelitian ini adalah adalah
penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan sebab dan
akibat dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan atau mengadakan manipulasi
terhadap objek penelitian serta adanya kontrol untuk perbandingan. Penelitian
eksperimen ini diadakan di lapangan bukan di laboratorium.
C. Variabel
Penelitian
Variabel bebasnya adalah Campuran Air
Ragi dan Garam. Variabel terikatkatnya adalah rumput atau gulma pengganggu
tanaman.
D.
Penentuan
Sampel Penelitian
Untuk
melakukan eksperimen dalam penelitian ini, Campuran Air Ragi dan Garam
dicobakan rumput, dengan perincian:
1.
Rumput yang
diberi 5 butir ragi dan garam dengan persentase air 25% (250 mL), dengan
inisial “A1”.
2.
Rumput yang
diberi 5 butir ragi dan garam dengan persentase air 50% (500mL), dengan inisial
“A2”.
Pengambilan sampel dengan rumput didasari
oleh pertimbangan keterbatasan dana, waktu dan tenaga dalam melakukan
penelitian.
1.
Penyediaan Campuran Air Ragi dan Garam
Dari
proses dihasilkan sejumlah cairan yang selanjutnya dijadikan sebagai zat kimia
pembasmi gulma yang akan dijelaskan pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.1 Penyediaan Campuran Air Ragi dan Garam
Kelompok
|
Persentase Campuran Air Ragi dan Garam
|
Volume (ml³)
|
Air
|
||
A1
|
25 %
|
250 mL
|
A2
|
50 %
|
500 mL
|
Dari tabel
3.1 dijelaskan bahwa, cairan ragi dan garam akan dibagi atas 4 kelompok pula,
yakni:
a)
A1,
dengan persentase yaitu dengan menambahkan air sebanyak 250 mL.
b)
A2,
dengan persentase yaitu dengan menambahkan air sebanyak 500 mL.
3. Indikator Pengamatan
Dalam
melakukan pengamatan terhadap tanaman rumput yang telah diberi Campuran Air
Ragi dan Garam, dipergunakan beberapa indikator, yaitu:
a.
Perubahan
Warna Tumbuhan
Secara alamiah rumput teki berwarna hijau, sehingga jika mengalami
keracunan secara alamiah pula akan mengalami perubahan warna.
Perubahan warna tersebut bervariasi tergantung dari tingkat keracunan
yang terjadi pada rumput yang bersangkutan, antara lain:
1)
Hijau Pucat,
dimaksudkan dengan warna hijau yang suram dan merupakan gejala keracunan awal
dan dijadikan sebagai indikator pertama akibat terjadinya keracunan.
2)
Hijau Kekuningan, dimaksudkan dengan perubahan
dari warna hijau menjadi kuning, sebagai gejala keracunan lebih lanjut dan
ditempatkan pada indikator tahap kedua.
b.
Kelayuan
Tumbuhan
yang telah mengalami keracunan dengan tingkat yang kronis, akan berwarna kuning
kecoklatan, dan mengakibatkan layunya tumbuhan. Keadaan layu ditempatkan
sebagai indikator ketiga.
c.
Kematian
Jika
keracunan yang dialami tumbuhan berlanjut dalam jangka waktu tertentu akan
mengakibatkan matinya tumbuhan. Dan merupakan lanjutan dari kelayuan tumbuhan
dan ini dijadikan sebagai indikator keempat sekaligus sebagai indikator
terahir.
E.
Pelaksanaan
Uji Coba (Eksperimen)
Uji coba dimaksudkan sebagai
pemberian cairan Campuran Air Ragi dan Garam dengan konsentrasi yang telah
diuraikan sebelumnya kepada masing-masing tanaman rumput secara merata.
Tanaman rumput itulah yang
selanjutnya diamati perubahan fisiknya, baik dari segi warna maupun bentuk dan
keadaan tanaman selama 5 hari secara berturut-turut. Diantara kelima hari itu, hanya
satu kali penyemprotan pada rumput tersebut. Penyemprotan dilakukan pada jam
03.20 p.m.
F.
Tehnik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data penelitian,
peneliti melakukan pengamatan secara langsung atau observasi pada rumput yang
diberi limbah cairan ragi dan garam. Hal ini dilakukan untuk melihat secara
jelas tentang perubahan fisik yang terjadi pada masing-masing rumput.
G. Tehnik Pengolahan Data
Data penelitian yang berhasil
dihimpun dalam observasi selanjutnya akan diolah secara persentse. Dari hasil
persentase kematian tanaman percobaan, memungkinkan untuk diambil simpulan
tentang benar atau tidaknya Campuran Air Ragi dan Garam dapat dijadikan sebagai
herbisida, dan persentase berapa yang paling efektif dalam membasmi rumput.
Termasuk lama waktu yang dibutuhkan oleh reaksi Campuran Air Ragi dan Garam
sampai mematikan rumput gulma yang dijadikan sebagai tanaman percobaan.
Skema proses matinya rumput
Ragi dan Garam
|
Dicampur
Air
|
Disemprot
Rumput
|
Air 250 mL
|
Air 500 mL
|
Lambat
|
Cepat
|
Mati
|
B A B IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23 -
26 mei 2012 di Tellusiattinge Kabupaten Bone Sulawesi Selatan, terhadap objek
yang diteliti yaitu rumput teki yang beri campuran Campuran Air Ragi dan Garam.
Adapun hasil penulis dapa dilihat pada tabel berikut:
No
|
RUMPUT
|
HARI
|
||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
||
1.
|
RUMPUT A1
|
Hijau
Pucat
|
Hijau
Kekuningan
|
Coklat
Kekuningan
|
Coklat
Hangus
|
-
|
2.
|
RUMPUT A2
|
Hijau
|
Hijau
Pucat
|
Hijau
Kekuningan
|
Coklat
Kekuningan
|
Coklat
Hangus
|
B.
Pembahasan
Dari tabel di atas dapat dibahas sebagai berikut:
1. Gejala
Keracunan
Pemberian Campuran Air Ragi dan Garam
pada rumput teki pada dasarnya dimaksudkan agar rumput dapat mengalami
keracunan sehingga aktifitas fisiologinya berhenti. Dan pada tingkat tertentu
diharapkan mencapai kematian. Sehingga tidak lagi bersifat sebagai tanaman
pengganggu atau gulma pada tanaman lain yang diharapkan mendatangkan hasil atau
produksi. Indikator atas gejala keracunan pada rumput teki adalah perubahan
warna klorofil tumbuhan, dari hijau menjadi hijau pucat, kekuning-kuningan,
kuning sampai pada warna cokelat terbakar.
a.
Hijau Pucat
Hijau pucat adalah adanya perubahan warna dari hijau segar menjadi
hijau yang suram, atau dari hijau menjadi kekuningan atau kecokelatan, sebagai
pertanda rusaknya klorofil dalam plastida. Dan tidak ada pembentukan klorofil
baru, sebagai akibat terjadinya gangguan pada kegiatan metabolisme sel-sel
tubuh tumbuhan. Karena akar tumbuhan menyerap atau mengadsorpsi zat yang
bersifat toksid dari dalam tanah. Dalam hal ini Campuran Air Ragi dan Garam.
b.
Hijau
Kekuning-kuningan
Gejala
keracunan lebih lanjut adalah terjadinya perubahan warna hijau pada tumbuhan
menjadi hijau kekunging-kuningan karena gejala keracunan yang lebih lanjut dari
hijau pucat adalah hijau kekuning-kuningan.
Hasil
pengamatan tersebut menunjukkan bahwa gejala perubahan warna tumbuhan dari
warna hijau menjadi hijau kekuning-kuningan, sudah nampak pada hari kedua.
c. Coklat
kekuningan (Keracunan pada tumbuhan)
Keracunan
tumbuhan pada stadium lebih lanjut adalah “kelayuan”. Ini terjadi apabila zat
klorofil telah rusak akibat gejala keracunan dalam hal ini disebabkan oleh Campuran
Air Ragi dan Garam.
Klorofil merupakan bagian dari sel tubuh tumbuhan yang berfungsi untuk
mengadsorpsi cahaya matahari sebagai sumber tenaga dan
menggunakannya untuk kegiatan fotosintesis. Dan dari hasil fotosintesis inilah
memungkinkan tumbuhan untuk membentuk sel-sel baru, baik untuk kebutuhan
pembentukan maupun untuk kebutuhan mengganti sel yang telah rusak. Namun jika
semua telah dirusak oleh bahan toksid gejala yang akan timbul akan lebih
kronis. Kelayuan pada rumput ini di tunjuk pada
hari ketiga. Sehingga tanaman berwarna Coklat kekuningan.
d. Coklat
hangus (Kematian Tanaman)
Stadium
keracunan yang terakhir adalah matinya tanaman. Dalam arti kata sudah tidak
terdapat tanda-tanda kehidupan pada tumbuhan yang bersangkutan.Matinya suatu
tumbuhan pada umumnya didahului oleh kelayuan yang berlangsung dalam jangka
waktu yang cukup untuk terhentinya seluruh aktifitas hidup suatu tumbuhan.
Matinya rumput teki sebagai rumput percobaan
ini, sesungguhnya telah menempuh tahapan dan proses keracunan dari tingkat
lemah sampai kepada tingkat yang paling kronis, sehingga dapat dinyatakan bahwa
kematian rumput percobaan ini adalah karena pengaruh pemberian
Campuran Air Ragi dan Garam. Sehingga berwarna Coklat Hangus.
C. Analisis data
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan
atas data tersebut, dapat dikemukakan analisa sebagai berikut:
1. Air ragi dengan garam memiliki senyawa kimia yang bersifat toksid
atau racun terhadap pertumbuhan rumput teki (Cyperus rotundus), hal ini
terbukti dari terjadinya perubahan fisik pada rumput percobaan.
2. Perubahan
fisik dalam hal ini warna yang dimaksud secara nyata terlihat pada daun rumput
teki yang diberi cairan ragi dan garam.
3. Pengaruh
pemberian air dengan konsentrasi
rendah pengaruhnya lebih
cepat dan jumlah rumput yang mengalami perubahan juga besar.
D. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan
hasil penelitian ini, terbukti bahwa cairan ragi dan garam bersifat racun
terhadap rumput teki, yang pada tingkat konsentrasi tertentu mengakibatkan
matinya rumput tersebut. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa “Campuran Air
Ragi dan Garam Bersifat Racun terhadap Rumput Teki”, secara nyata “diterima”.
Dan pengaruhnya sangat berarti, sampai kepada taraf kematian.
B A B V
P
E N U T U P
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan dengan memberikan cairan ragi dan garam
terhadap tanaman rumput teki dengan konsentrasi tertentu, diperoleh kesimpulan
bahwa:
- Campuran Air Ragi dan Garam bersifat toksid yang dapat mematikan rumput teki.
- Kecepatan waktu menggunakan Campuran Air Ragi dan Garam lebih cepat. Karena hanya 4 hari saja
- Ragi dan Garam dengan campuran air 250 mL lebih cepat mati dari pada dengan campuran air 500 mL.
B.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka penulis menyarankan:
1.
Bagi
masyarakat
Untuk menghemat uang, agar kiranya dapat memanfaatkan Campuran Air Ragi
dan Garam sebagai herbisida.
2.
Bagi pembaca
Sekiranya penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan bacaan yang
dapat menambah wawasan bagi pembaca.
4.
Bagi peneliti
Diharapkan bagi peneliti-peneliti selanjutnya untuk menuingkatkan
kretivitas agar dapat menghasilkan karya-karya yang lebih baik dari sebelumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Nazir, Moh. 1983. Metode Penelitian.
Darussalam: Ghalia Indonesia
Silaen, Sofar. 2004. Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah Remaja. Jakarta: LIPI Dan PT.
Tugu Pratama.
Sungguh, As’ad. 1979. Kamus Lengkap Biologi.
Jakarta: Kurnia Esa.
Yernelis, Sukman dan Yakup. 1995. Gulma dan
Teknik Pengendaliannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
LAMPIRAN
250 mL HARI PERTAMA 500mL
HARI KEDUA
HARI KETIGA
HARI KEEMPAT
HARI KELIMA
Cara meracik ragi dan garam gimana?dan berapa takarannya
BalasHapus